Berita dari bkjie.com, Pengadilan Tinggi Himachal Pradesh menolak permohonan jaminan Abhishek Sharma, seorang tersangka yang diduga terlibat dalam kasus penipuan aset kripto senilai 228 juta dolar AS di India. Kasus penipuan ini memiliki lebih dari 80.000 korban yang tersebar di Himachal Pradesh dan negara bagian tetangga. Saat menolak permohonan jaminan pada hari Jumat, Hakim Sushil Kukreja menekankan seriusnya kejahatan ekonomi dan dampaknya terhadap masyarakat. Pengadilan menyatakan bahwa penyidikan menunjukkan Sharma adalah salah satu anggota senior dalam rantai tersebut dan merupakan mitra dekat terdakwa utama Subhash Sharma. Terdakwa utama Subhash Sharma telah melarikan diri dan meninggalkan India, meninggalkan rekannya menghadapi tuntutan. Hakim Kukreja mengakui bahwa Pasal 21 Konstitusi India menjamin peradilan yang cepat dan melarang penahanan terdakwa tanpa batas waktu. Pengadilan memutuskan bahwa meskipun Sharma telah ditahan sejak 28 Oktober 2023, durasi penahanannya saja tidak cukup untuk memberikan jaminan kepada seseorang yang "ditemukan secara awal terlibat dalam kejahatan ekonomi yang signifikan". Pengadilan menyatakan: "Kejahatan ekonomi dianggap sebagai kejahatan serius karena dapat mempengaruhi perekonomian negara, sehingga kejahatan semacam itu harus ditangani dengan serius." Pengadilan menekankan bahwa keputusan jaminan untuk kejahatan ekonomi harus mempertimbangkan "kepentingan publik dan negara yang lebih besar". Penipuan ini dimulai pada tahun 2018, tetapi terungkap ketika investor Arun Singh Guleria mengajukan FIR di kantor polisi Palampur pada 24 September 2023. Korban menerima uang virtual sebagai imbalan atas investasi mereka di platform Subhash Sharma. Terdakwa berjanji kepada investor melalui situs seperti Voscrow dan Hypenext bahwa investasi uang digital mereka akan menggandakan dana mereka. Menurut penyelidikan, lebih dari 1.000 petugas polisi negara bagian telah tertipu. Penyelidikan menemukan pola operasi piramida, di mana terdakwa mengorganisir pertemuan investor di Mandi, Kullu, Baddi, Chandigarh, Una, Hamirpur, dan Palampur. Para penyelidik menyatakan bahwa terdakwa menciptakan perusahaan cangkang dan menginvestasikan hasil penipuan di real estat di Himachal Pradesh, Chandigarh, Punjab, dan Haryana. Mereka juga menggunakan dana yang dicuri untuk membeli barang-barang mewah dan kendaraan kelas atas. Mekanisme penipuan ini melibatkan manipulasi harga aset kripto sekaligus merekrut investor baru melalui korban yang sudah ada.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pengadilan India menolak untuk menyetujui jaminan bagi tersangka yang diduga terlibat dalam kasus penipuan Aset Kripto senilai 2,28 juta dolar.
Berita dari bkjie.com, Pengadilan Tinggi Himachal Pradesh menolak permohonan jaminan Abhishek Sharma, seorang tersangka yang diduga terlibat dalam kasus penipuan aset kripto senilai 228 juta dolar AS di India. Kasus penipuan ini memiliki lebih dari 80.000 korban yang tersebar di Himachal Pradesh dan negara bagian tetangga. Saat menolak permohonan jaminan pada hari Jumat, Hakim Sushil Kukreja menekankan seriusnya kejahatan ekonomi dan dampaknya terhadap masyarakat. Pengadilan menyatakan bahwa penyidikan menunjukkan Sharma adalah salah satu anggota senior dalam rantai tersebut dan merupakan mitra dekat terdakwa utama Subhash Sharma. Terdakwa utama Subhash Sharma telah melarikan diri dan meninggalkan India, meninggalkan rekannya menghadapi tuntutan. Hakim Kukreja mengakui bahwa Pasal 21 Konstitusi India menjamin peradilan yang cepat dan melarang penahanan terdakwa tanpa batas waktu. Pengadilan memutuskan bahwa meskipun Sharma telah ditahan sejak 28 Oktober 2023, durasi penahanannya saja tidak cukup untuk memberikan jaminan kepada seseorang yang "ditemukan secara awal terlibat dalam kejahatan ekonomi yang signifikan". Pengadilan menyatakan: "Kejahatan ekonomi dianggap sebagai kejahatan serius karena dapat mempengaruhi perekonomian negara, sehingga kejahatan semacam itu harus ditangani dengan serius." Pengadilan menekankan bahwa keputusan jaminan untuk kejahatan ekonomi harus mempertimbangkan "kepentingan publik dan negara yang lebih besar". Penipuan ini dimulai pada tahun 2018, tetapi terungkap ketika investor Arun Singh Guleria mengajukan FIR di kantor polisi Palampur pada 24 September 2023. Korban menerima uang virtual sebagai imbalan atas investasi mereka di platform Subhash Sharma. Terdakwa berjanji kepada investor melalui situs seperti Voscrow dan Hypenext bahwa investasi uang digital mereka akan menggandakan dana mereka. Menurut penyelidikan, lebih dari 1.000 petugas polisi negara bagian telah tertipu. Penyelidikan menemukan pola operasi piramida, di mana terdakwa mengorganisir pertemuan investor di Mandi, Kullu, Baddi, Chandigarh, Una, Hamirpur, dan Palampur. Para penyelidik menyatakan bahwa terdakwa menciptakan perusahaan cangkang dan menginvestasikan hasil penipuan di real estat di Himachal Pradesh, Chandigarh, Punjab, dan Haryana. Mereka juga menggunakan dana yang dicuri untuk membeli barang-barang mewah dan kendaraan kelas atas. Mekanisme penipuan ini melibatkan manipulasi harga aset kripto sekaligus merekrut investor baru melalui korban yang sudah ada.